SEMUA BENTUK PELAYANAN DI DINAS SOSIAL DIY TIDAK DIPUNGUT BIAYA-MEMBANTU MASYARAKAT ADALAH KEPUASAN KAMI

AKTUALISASI DIRI MENUJU PERUBAHAN MENTAL GEPENG YANG MANDIRI

(Last Updated On: 24 May 2019)

Penyusun : Tim Peksos BRSBKL Sidomulyo

Gelandangan pengemis merupakan salah satu elemen lapisan masyarakat yang terbentuk karena berbagai latar belakang. Bukan tidak mungkin jika disebabkan kondisi dimana tidak adanya kemampuan dan atau kemauan diri untuk suatu kehidupan yang layak (cenderung pasrah) dan lain sebagainya. Kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu akan membuatnya berusaha mengaktualisasikan dirinya dengan segala yang dia punya. Corey (dalam Hanifah, 2005) menyatakan bahwa manusia berjuang untuk mengaktualisasikan dirinya yakni cenderung manjadi apa saja yang individu mampu. Aktualisasi diri merupakan sarana menuangkan diri dalam kapasitas individu sebagai manusia yang menuntut direalisasikannya semua potensi serta bakat yang sesuai dengan kemampuan, minat, bakat dan bidangnya masing-masing. Bertolak dari berbagai latar belakang itulah gelandangan dan pengemis berjamur.

Seminar merupakan salah satu  program kegiatan Mahasiswa Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) Universitas Islam Negri Yogyakarta yang dilakukan di Balai Rehabilitasi Sosial Bina Karya dan Laras Yogyakarta dengan mengusung tema “Aktualisasi Diri Menuju Perubahan Mental Sosial Gepeng Yang Mandiri”. Seminar ini diharapkan dapat membangun perubahan mental gepeng yang mandiri, serta menciptakan rasa kebersamaan warga binaan social, menimbulkan rasa kepercayaan dalam suatu kegiatan.

Sasaran dari seminar ini yaitu Warga Binaan Sosial Gepeng di Balai Rehabilitasi Sosisal Bina Karya dan Laras. Kegiatan ini bertujuan agar warga binaan sosial gepeng dapat termotivasi untuk lebih mandiri

Seminar ini dilakukan pada hari Sabtu 6 Oktober tahun 2018 di Ruang Aula Balai Rehabilitasi Sosial dengan dihadiri oleh 90% warga binaan sosial, teman-teman magang dari SMK Nasional Yogyakarta, serta didampingi oleh pekerja sosial, dan perwakilan dari kepala seksi Balai Rehabilitasi Sosial Bina Karya dan Laras Yogyakarta. Dengan pemateri Bapak Nanang Rekto Wulanjaya, S.Pd, M.Si

Dalam seminar ini pemateri menggunakan metode Story Telling yaitu menngekspresikan diri dan mengungkapkan pengalaman hidup yang dihadapan pembicara dan para warga binaan.

Wargan binaan sosial duduk dengan formasi melingkar dan pemateri berada ditengah-tengah lingkaran memberikan instruksi kepada warga binaan untuk mengungkapkan isi hatinya secara bergantian satu persatu berupa permintaan maaf, rasa terimakasih, juga saling menularkan semangat diantara warga binaan. Hal ini ditujukan untuk menjalin rasa kebersamaan dan juga mencurahkan isi hati sehingga sudah tidak ada lagi beban diantara warga binaan.

Dalam teknik ini, pemateri berperan sebagai fasilitator yang memandu agar apa yang diungkapkan oleh warga binaan tidak keluar dari topik permasalahan juga agar tidak terjadi kesalahpahaman diantara warga binaan.

Selain menggunakan metode Story Telling, pemateri juga menggunakan teknik Play Grup yaitu, warga binaan dibagi menjadi beberapa kelompok untuk memainkan game yang sudah disiapkan.

Pertama, menahan balon. Satu kelompok terdiri dari lima warga binaan dimana warga binaan diminta untuk menahan balon didalam batas kotak agar tidak jatuh atau keluar dari batas kotak tersebut dengan menggunakan seluruh anggota badan kecuali tangan. Dalam permainan ini diiringi dengan musik yang dapat meningkatkan semangat warga binaan, dan juga durasi waktu kurang lima menit untuk setiap kelompok. Manfaat dari permainan ini adalah menjalin kerjasama dan kekompakan diantara warga binaan.

Kedua, menggambar berantai. Satu kelompok terdiri dari lima orang warga binaan yang mana masing-masing individu harus meneruskan menggambar hewan secara bergantian dengan mata tertutup, sedangkan anggota kelompok lain mengarahkan anggotanya agar bisa menemukan kertas kelompoknya untuk mulai menggambar. Masing-masing individu diberi durasi waktu lima detik untuk sekali menggambar dengan jumlah durasi waktu yang diberikan kepada setiap kelompok lima menit. Manfaat dari permainan ini adalah untuk melatih konsentrasi dan kerjasama diantara warga binaan.

Kegiatan seminar cukup kondusif, warga binaan sosial dapat mengikuti sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh pemateri. Dengan arahan yang diberikan oleh pemateri warga binaan dapat mengungkapkan isi hatinya terhadap warga binaan lain, saling memberi motivasi dan juga saling menyemangati, sehingga rasa kekeluargaan dapat lebih terjalin diatara mereka.

Aspek proses perkembangan seseorang untuk mewujudkan aktualisasi dirinya adalah :

  • Memahami kebutuhan dasar yang manusiawi, yaitu bagaimana individu memahami kebutuhan-kebutuhan yang paling mendasar
  • Mengungkapkan perasaan yang manusiawi, yaitu ungkapan-ungkapan individu tentang apa yang dirasakannya
  • Kesadaran dan control diri, bagaimana individu mampu menyadari dan mengontrol setiap tindakannya sehingga sesuai dengan harapan-harapannya
  • Menjadi sadar akan nilai-nilai manusiawi, kemampuan individu untuk bisa menerima nilai-nilai yang berlaku di sekelilingnya. Seperti bekerja sama dengan orang lain
  • Mengembangkan kedewasaan social dan individu, kemampuan individu untuk dapat mempertimbangkan segala tindakan yang dilakukan serta mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya

Factor-faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri adalah :

  • Kreativitas merupakan sikap yang diharapkan ada pada orang yang beraktualisasi diri. Kreativitas bagi mereka adalah suatu sikap. Individu ini asli, inventif dan inovatif mesti tidak harus menghasilkan sesuatu.
  • Kepribadian yaitu organisasi yang dinamis dalam diri individu yang terdiri dari system-sistem psiko-fisik yang menentukan cara penyesuaian diri yang unik (khusus) dari individu terhadap lingkungan.
  • Transendensi yang lebih tinggi, unggul, agung, melampaui superlative arti yang lain tergantung dan tesendiri. Individu yang beraktualisasi diri akan berusaha yang terbaik
  • Demokratis, orang yang beraktualisasi diri bertingkah laku lebih dalam daripada toleransi. Meski individu menyadari bahwa perbedaan-perbedaan dengan orang, tetapi individu dapat menerima semua orang tanpa memperhatikan tingkat Pendidikan dan kelas social. Individu siap mendengar dan belajar pada siapa siapa saja yang dapat mengajarkan itu pada dirinya.
  • Hubungan social yaitu individu akan lebih menghargai keberadaan orang lain dalam lingkungannya 1

Hasil yang didapat WBS Gepeng setelah mengikuti seminar “Aktualisasi Diri Menuju Perubahan Mental Psikososial Gepeng Yang Mandiri” :

  1. Memiliki empati sesama warga binaan
  2. Warga binaan dapat menerima keadaan yang sedang dialami saat ini
  3. Merencanakan masa depan setelah keluar dari Balai RSBKL
  4. Menyadari potensi diri yang dimiliki dan dapat mengimplementasikan dalam kehidupannya

================================

1 Tika Desytama Putri, Kebutuhan Aktualisasi Diri Pada Remaja Penyandang Tunanetra yang Bersekolah di Sekolah Umum Ditinjau Dari Kematangan Emosi Dan Self Desclosure,Http://eprints.ums.ac.id/id/16788/8/NASKAH_PUBLIKASI.pdf diakses pada tanggal 5 November 2018 pukul 11.46 WIB,hlm 7-8

55180cookie-checkAKTUALISASI DIRI MENUJU PERUBAHAN MENTAL GEPENG YANG MANDIRI

Tentang penulis

Pekerja Sosial di BRSPA DIY merangkap admin website

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jawab dulu 89 + = 91