Sarasehan GERBANGPRAJA sebagai Rangkaian Acara Peringatan Hari Disabilitas Internasional Tingkat DIY Tahun 2019

Senin, 2 Desember 2019 bertempat di halaman GOR Serbaguna Sihono, Logandeng, Playen, Gunungkidul telah dilaksanakan Saresehan dan Pentas Seni Program Restorasi sosial Gerakan Bangga Penggunaan Aksara Jawa nggugah rasa Sithik Edhing Lumantar Aksara sebagai rangkaian peringatan Hari Disabilitas Internasional tingkat DIY tahun 2019. Restorasi Sosial dengan tema GERBANGPRAJA bermaksud untuk menguatkan kembali Pancasila sebagai dasar Filsafat negara, membebaskannya dari stigma, serta diberi ruang yang cukup dalam merespon tantangan perubahan zaman untuk membangun perdamaian dan karakter bangsa melalui pengembangan/ berbasis budaya jawa. Kegiatan restorasi sosial GERBANGPRAJA dengan sub tema nggugah rasa Sithik Edhing Lumantar Aksara bertujuan mengembalikan dan menumbuhkan kembali budaya damai dan berkarakter pada nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia, kearifan lokal seperti budaya gotong royong dalam masyarakat agar senantiasa dapat mengetahui kebaikan, mencintai kebaikan, melakukan dan mewariskan.
Sarasehan ini dihadiri oleh ASN dan non ASN serta PSKS baik di lingkungan Pemda DIY dan Pemda Kab. Gunungkidul. Adapun 3 narasumber tersebut adalah






- Drs. Untung Sukaryadi, MM : Program Restorasi Sosial GERBANGPRAJA Sub Tema Nggugah Rasa Sithik Edhing Lumantar Aksara.
- KPH. Notonegoro (Keraton Yogyakarta Hadiningrat): Peran Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat sebagai Pusat Bahasa Budaya dan Aksara Jawa, Sejarah Kraton dan perkembangannya
- Ki Sutikno: Respon dan Kondisi Generasi Muda terhadap Aksara Jawa dan membentuk generasi modern yang njawani.
Antusias peserta menjadikan acara dapat berlangsung dengan lancar sesuai
harapan. Acara inti diawali oleh materi yang disampaikan oleh bapak Untung
Sukaryadi. Beliau menyampaikan bahwa tindak lanjut dari Gerbangpraja yang sudah
dicanangkan sejak tahun 2018, sudah ada langkah-langkah strategis dari
pemerintah daerah Daerah istimewa Yogyakarta yaitu pertama persiapan membuat
peraturan gubernur DIY tentang tata naskah untuk aksara jawa, kedua pergub DIY
tersebut akan disusun menjadi Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta. Saat
ini panitia khusus telah mengumpulkan Dinas yang memiliki keterlibatan untuk
melakukan studi komparasi di luar DIY dalam rangka penerapan aksara jawa
sebagai alat komunikasi tertulis yang legal di Yogyakarta. Kemudian beliau juga
menyampaikan bahwa yang dikehendaki dari suatu restorasi sosial adalah generasi
penerus dengan suatu modernisasi terjebak dalam suatu pergaulan yang tidak
mengenal jatidiri, sehingga restorasi sosial itu akan kita kembalikan agar
semangat sosial Yogyakarta yang tujuan terakhir adalah membangun generasi
modern yang njawani. Njawani ini memiliki kehendak harmonis, memiliki suatu
toleransi dalam bahasa jawa adalah tepo seliro yang selanjutnya memiliki watak
edhing. Sithik edhing yang kemudian perlu terinternalisasi dalam hidup bermasyarakat.
Sithik Edhing memiliki dua hakekat yaitu menghindari adanya tirani minoritas
dan dominasi mayoritas atau yang lebih mudah dipahamkan dengan jargon pokoke.
Harapan beliau dari restorasi sosial GERBANGPRAJA adalah aksara jawa dapat
menjadi alat komunikasi yang sah. ASN yang bekerja di Yogyakarta harus dapat
menggunakan bahasa jawa ungkap beliau dengan penuh semangat.
Selanjutnya, acara yang dimoderatori Sdr Heru Cahyo Romadhon, S.Tr.Sos juga
menghadirkan KPH. Notonegoro untuk menyampaikan materinya. Beliau menggugah
peserta dengan filosofi Jawa “Nyawiji,
Greget, Sengguh, Ora Mingkuh” yang artinya harus fokus, penuh semangat,
percaya diri, dan tidka mudah menyerah. Sehingga pada kesempatan ini mengajak
kepada semua pihak untuk tidak meninggalkan budaya jawa yang penuh dengan
filosofis yang sangat baik untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Tegas disampaikan bahwa Dinas Sosial DIY berperan untuk memberikan gerakan
sebelum ada regulasi yang bersifat resmi. Beliau juga menyampaikan bahwa saat ini
Keraton Yogyakarta sudah sangat terbuka bagi masyarakat umum. Masyarakat yang
hendak berkunjung dan mengetahui tentang informasi Kraton dapat mengunjungi web
kraton.jogja.id . beliau dalam kesempatan ini, menyampaikan lingkup dimana
penggunaan aksara jawa dapat dipraktekkan, yaitu Sekolah, Rumah dan perkantoran.
Dalam penutup materi beliau tuturkan tidak butuh suara banyak untuk merubah
perilaku tetapi satu kata hati YA untuk aksara jawa. Tepuk tangan pun riuh
seiring berakhirnya materi dari KPH. Notonegoro.
Narasumber yang ketiga adalah Ki Sutikno, yang menyampaikan materi dengan diawali pepatah jawa “Ngalah ora bakal kalah, Ngalih ora mesti ngelih, yen ngamuk ojo ngremuk”. Walau beliau bukan meruapakan suku Jawa, tapi beliau menegaskan bahwa sangat suka dan bangga dengan budaya Jawa yang penuh filosofis. Selain itu beliau juga menekankan budi pekerti yang berpedoman pada budaya jawa harus selalu ditanamkan dalam generasi muda, agar mereka tidak kehilangan jati dirinya sebagai orang Jawa. Restorasi Sosial ini diakhiri dengan pentas seni oleh genk kobra.