TALKSHOW PUNCAK ACARA HKSN 2022 DIY : PERKOKOH PILAR_PILAR SOSIAL UNTUK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Tahun 2022 ini merupakan momentum yang strategis, serta tonggak bagi peningkatan nilai-nilai kesetiakawanan sosial dan kepedulian terhadap keberadaan penerima pelayanan kesejahteraan sosial, serta mampu meningkatkan peran potensi dan sumber kesejahteraan sosial, pilar-pilar sosial, dunia usaha, tenaga kesejahteraan sosial, pekerja sosial, dan masyarakat untuk terus meningkatkan partisipasinya, dalam menghadapi berbagai permasalahan sosial di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Demikian diungkapkan oleh Kepala Dinas Sosial DIY, Endang Patmintarsih, S.H., M.Si. dalam rangkaian acara puncak peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) 2022 di Dinas Sosial DIY. Rangkaian puncak acara HKSN terdiri dari kenduri budaya dan doa bersama, talkshow, wayang cakruk, dan juga baksos. Dalam acara tersebut juga dilakukan pemberian hadiah bagi para pemenang lomba-lomba yang digelar pada hari sebelumnya dalam rangka memeriahkan HKSN 2022 di lingkungan Dinas Sosial DIY.
Acara doa bersama dari 5 pemuka agama diselenggarakan sebagai wujud syukur atas anugerah Tuhan YME, sekaligus permohonan untuk kesejahteraan bagi seluruh masyarakat. Doa bersama lintas agama merupakan refleksi budaya dan kearifan masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta yang beraneka ragam. Setelah pembacaan doa, dilakukan pemotongan tumpeng sebagai simbolisasi kesejahteraan bersama, yang dilakukan oleh Kepala Dinas Sosial DIY dan diserahkan kepada ketua tagana DIY.
Setelah pemotongan tumpeng, acara dilanjutkan dengan Talkshow yang mengangkat tema “Perkokoh Pilar-Pilar Sosial untuk Kesejahteraan Masyarakat”. Talkshow ini menghadirkan narasumber Drs. Bambang Wisnu Handoyo, Endang Patmintarsih, S.H., M.Si. dan Ust. Muhammad Jazir, ASP dan dipandu oleh moderator Erina Chusnulita.
Salah satu yang menarik dalam Takshow ini adalah ketika Ust. Muhammad Jazir menguraikan sejarah HKSN. Dalam paparannya, Muhammad Jazir menjelaskan bahwa HKSN adalah pilar pertahanan bangsa. Ketika 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamasikan kemerdekaanya dan 5 Mei 1945 Yogyakarta memilih bergabung dengan NKRI. Setelah itu 4 Januari 1946 karena Jakarta sebagai Ibukota Republik Indonesia belum sepenuhnya siap, terlebih karena rakyat belum sepenuhnya mendukung dan bahkan ada yang menginginkan Belanda kembali menjajah, saat itulah Ibukota dipindahkan ke Yogyakarta. Tgl 19 Desember 1946 Yogyakarta menjadi sasaran utama operasi militer Belanda lewat Operasi Gagak. Ketika itu, militer kita tidak siap. Jendral Sudirman meminta Presiden Sukarno di Gedung Agung untuk mengambil alih panglima militer dan memimpin gerilya, tetapi Sukarno memilih strategi untuk mengambil risiko dengan tetap berada di Yogyakarta, dan Jendral Sudirman meskipun sakit, melanjutkan perlawanan gerilya agar menjadi bukti bahwa kekuatan Indonesia masih ada. Tanggal 20 Desember, ketika rakyat Yogyakarta kebingungan dengan agresi militer Belanda dan kocar-kacir mengungsi, ternyata diterima baik di kampung-kampung yang disinggahi. Mereka diterima, diberikan perlindungan, tempat yang layak, diberi makan, tanpa mereka saling kenal sebelumnya. Termasuk pasukan gerilya.
“Bukan sanak saudara, tetapi dimuliakan dengan sangat baik. Inilah yang kemudian dikenang sebagai Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional, yang kita peringati setiap tahunnya di kemudian hari, Itulah istimewanya Yogyakarta. Jadi HKSN muncul dari bagaimana istimewanya rakyat Yogyakarta mempertahankan Republik Indonesia,” papar Muhammad Jazir.
Setelah Talkshow, diadakan pagelawan wayang cakruk dengan mengangkat lakon atau tema “Bantuan Program PKH, BPNT, dan BLT (BLT-BBM), DBH CHT, dan Dampak Inflasi”. Pertunjukan Wayang Cakruk yang merupakan bagian dari Penyuluhan Sosial dengan Media Peragaan dalam rangka Puncak Acara Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional Tahun 2022. (*)
By : Feriawan Agung Nugroho, S.Sos., M.PA.