SEMUA BENTUK PELAYANAN DI DINAS SOSIAL DIY TIDAK DIPUNGUT BIAYA-MEMBANTU MASYARAKAT ADALAH KEPUASAN KAMI

PENGUATAN KESETIAKAWANAN SOSIAL DENGAN SEDULUR PAPAT LIMA PANCER

(Last Updated On: 19 August 2024)

Rumus sedulur papat lima pancer, mengadopsi dari rumus nilai dalam spiritual Jawa, yang diaplikasikan dalam kehidupan sosial. Dalam perspektif spiritual Jawa, manusia lahir dengan diiringi 4 saudaranya yaitu, ari-ari(palsenta), air, darah dan tali pusar. Dalam pemahaman yang lebih mendalam, manusia lahir dengan membawa 4 nafsu yaitu, aluamah (biologis), supiah (keduniawian;harta,kekuasaan), amarah (emosi) dan Mutmainah (spiritual).Yang ke 5 tentunya adalah diri pribadi yang utuh mencerminkan kesatuan yang harmonis dari ke empat anasir tersebut.

Beranjak dari rumusan spiritual tersebut, konsep Sedulur Papat Limo Pancer yaitu tentang empat arah mata angin  berkehidupan sosial yang menggambarkan kepedulian dari diri kita (sebagai pusat/pancer) dalam memberikan kepedulian pada kehidupan lingkungan sosial. Dalam rumusan ini, keserasian dan harmoni sosial menjadi tujuan utama dalam tata kehidupan masyarakat. Setiap individu/keluarga adalah pusat atau gardu penyalur energi kepedulian bagi lingkungan tempat tinggalnya. Demikian juga tetangga/orang lain, sehingga akan melahirkan persinggungan atau irisan saling peduli dalam kehidupan sosial. Bermasyarakat menjadi penuh rasa saling mendukung dan bergotong royong. Konsep sosial dalam tata perikehidupan masyarakat ini, menjadi tema yang mengemuka dalam berbagai kesempatan penyelenggaraan program Restorasi Sosial yang dilaksanakan oleh Bidang Pemberdayaan Sosial Dinas Sosial DIY.

Sedulur papat lima pancer diyakini mampu mendukung penanaman dan penguatan kesetiakawanan sosial, karena mampu memperkuat sendi sendi kerukunan dalam kehidupan sosial. Hidup ketetanggaan sebagai unit kehidupan terkecil setelah keluarga, sangat mutlak  adanya saling kepedulian dan kegotongroyongan. Memahami hidup  sebagai kumpulan individu yang saling membutuhkan satu dengan yang lain dan memiliki tanggung jawab atas keberlangsungan hidup tetangga sekelilingnya.

Penguatan kesetiakawanan dalam bingkai restorasi sosial ini, didukung adanya potensi dalam masyarakat berupa :

  • Adanya berbagai paguyuban yaitu  perkumpulan yang bersifat kekeluargaan, di mana hubungan antar anggota cenderung erat dan berdasarkan ikatan emosional yang kuat, seperti kumpulan warga lingkungan, kelompok seni budaya dan religi serta paguyuban berdasarkan darah keturunan waris/trah.
  • Nilai-nilai kegotongroyongan, yang sudah ada dalam kehidupan masyarakat yang terwujud dalam tradisi menengok orang sakit bersama-sama dan kebiasaan berbagi  yang sudah ada sejak dulu, seperti kebiasaan munjung, yaitu memberikan makanan yang dimasak untuk tetangga dekat, atau juga membawa oleh-oleh setelah dari berpergian dan lain-lain.

Potensi nilai tersebut jika tidak dijaga akan dapat tergerus oleh waktu karena pengaruh budaya dari luar dan  akan melemahkan sendi-sendi kehidupan sosial. Karena itulah pelestarian berbagai tradisi yang bernilai untuk memperkuat kesetiakawanan, harus dilakukan terutama oleh masyarakat sendiri, dan pemerintah dalam hal ini Dinas Sosial berperan sebagai fasilitator dan motivator.

Jalan masuk bagi Dinas Sosial ke masyarakat, dilaksanakan dengan menggunakan seni budaya serta tradisi lokal dengan segala nilai kearifannya, melibatkan tokoh masyarakat, akademisi, budayawan maupun para pemuka agama. Sejalan dengan salah satu tujuan penyelenggaraan kesejahteraan sosial dalam UU nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, yaitu peningkatan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan menangani masalah kesejahteraan sosial. Para pengambil kebijakan, sudah seyogyanya menjadikan paguyuban – paguyuban, seperti kumpulan rukun tetangga , menjadi sasaran pemberdayaan dan penguatan kehidupan sosial, yang nanti akan menjamin keberlanjutan dari tradisi yang mendukung penananaman dan penguatan kesetiakawanan sosial. ( dirangkum dari berbagai sumber – Penyuluh Sosial Muda)

390250cookie-checkPENGUATAN KESETIAKAWANAN SOSIAL DENGAN SEDULUR PAPAT LIMA PANCER

Tentang penulis