SEMUA BENTUK PELAYANAN DI DINAS SOSIAL DIY TIDAK DIPUNGUT BIAYA-MEMBANTU MASYARAKAT ADALAH KEPUASAN KAMI

SARASEHAN GERBANG PRAJA SEBAGAI RANGKAIAN ACARA NIKAH BARENG GERBANG BANYU LANGIT

(Last Updated On: 16 March 2020)

Bantul (5/03). Kamis, 5 Maret 2020 bertempat di Wisata Alam Gerbang Banyu Langit, Srimulyo, Piyungan Bantul, telah dilaksanakan Saresehan dan Pentas Seni Program Restorasi sosial Gerakan Bangga Penggunaan Aksara Jawa nggugah rasa Sithik Edhing Lumantar Aksara sebagai rangkaian Acara Nikah Bareng Gerbang Banyu Langit Tahun 2020. Restorasi Sosial dengan tema gerbang praja bermaksud untuk menguatkan kembali Pancasila sebagai dasar Filsafat negara, membebaskannya dari stigma, serta diberi ruang yang cukup dalam merespon tantangan perubahan zaman untuk membangun perdamaian dan karakter bangsa melalui pengambangan/ berbasis budaya jawa. Kegiatan restorasi sosial Gerbangpraja dengan sub tema nggugah rasa Sithik Edhing Lumantar Aksara bertujuan mengembalikan dan menumbuhkan kembali budaya damai dan berkarakter pada nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia, kearifan lokal seperti budaya gotong royong dalam masyarakat agar senantiasa dapat mengetahui kebaikan, mencintai kebaikan, melakukan dan mewariskan. Sarasehan ini dihadiri oleh Kepala Dinas Sosial DIY, Wakil bupati Bantul, FORKOMINDA DIY, dan Kab. Bantul, Pemdes Srimulyo, dan masyarakat umum.

Acara diawali dengan prosesi kirab manten musik Indonesia dengan barisan awal bergodo banyu langit, prajurit putri, dimas diajeng Bantul, putri musik (icon Hari Musik Nasional), tiga pasangan temanten, dan anak-anak yang memeriahkan. Barisan kirab menyusuri jalanan kampung diiringi musik khas bergodo menuju tempat pelaminan di Taman Wisata Alam Banyu Langit menyapa masyarakat yang turut hadir dalam acara tersebut. Sesampainya di lokasi, acara dilanjutkan dengan mendengarkan sambutan oleh Wakil Bupati Bantul dan Kepala Dinas Sosial DIY membuka acara. Acara nikah bareng ini merupakan rangkaian dari tema acara besar Nikah Bareng The Series Pertama di Indonesia. Acara ini juga merupakan inisiasi dari FORTAIS (Forum Taaruf Indonesia), Jogja Heboh dan didukung penuh oleh Dinas Sosial DIY serta dimeriahkan oleh penampilan puluhan siswa SD Bintaran yang memainkan angklung lagu Cinta Luar Biasa.

Sedangkan sarasehan Gerbang Paraja juga berlangsung dengan lancar sesuai harapan. Acara inti diawali oleh materi yang disampaikan oleh bapak Untung Sukaryadi. Beliau menyampaikan bahwa tindak lanjut dari Gerbangpraja yang sudah dicanangkan sejak tahun 2018, sudah ada langkah-langkah strategis dari pemerintah daerah Daerah istimewa Yogyakarta yaitu pertama persiapan membuat peraturan gubernur DIY tentang tata naskah untuk aksara jawa, kedua pergub DIY tersebut akan disusun menjadi Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta. Saat ini panitia khusus telah mengumpulkan Dinas terkait untuk melakukan studi komparasi di luar DIY dalam rangka penerapan aksara jawa sebagai alat komunikasi tertulis yang legal di Yogyakarta. Kemudian beliau juga menyampaikan bahwa yang dikehendaki dari suatu restorasi sosial adalah generasi penerus dengan suatu modernisasi terjebak dalam suatu pergaulan yang tidak mengenal jatidiri, sehingga restorasi sosial itu akan kita kembalikan agar semangat sosial Yogyakarta yang tujuan terakhir adalah membangun generasi modern yang njawani. Njawani ini memiliki kehendak harmonis, memiliki suatu toleransi dalam bahasa jawa adalah tepo seliro yang selanjutnya memiliki watak edhing. Sithik edhing yang kemudian perlu terinternalisasi dalam hidup bermasyarakat. Sithik Edhing memiliki dua hakekat yaitu menghindari adanya tirani minoritas dan dominasi mayoritas atau yang lebih mudah dipahamkan dengan jargon pokoke. Harapan beliau dari restorasi sosial Gerbangpraja adalah aksara jawa dapat menjadi alat komunikasi yang sah. ASN yang bekerja di Yogyakarta harus dapat menggunakan bahasa jawa ungkap beliau dengan penuh semangat.

Narasumber yang kedua adalah Prof Manu J Wideyaseputra, Beliau menggugah peserta dengan filosofi Jawa “Nyawiji, Greget, Sengguh, Ora Mingkuh” yang artinya harus fokus, penuh semangat, percaya diri, dan tidak mudah menyerah. Sehingga pada kesempatan ini mengajak kepada semua pihak untuk tidak meninggalkan budaya jawa yang penuh dengan filosofis yang sangat baik untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Tegas disampaikan bahwa Dinas Sosial DIY berperan untuk memberikan gerakan sebelum ada regulasi yang bersifat resmi. Dalam penutup materi beliau tuturkan tidak butuh suara banyak untuk merubah perilaku tetapi satu kata hati YA untuk aksara jawa. Tepuk tangan pun riuh seiring berakhirnya materi dari Prof Manu J Wideyaseputra.

Narasumber yang ketiga adalah KH. Imam Subarno, yang menyampaikan materi dengan diawali pepatah jawa “Ngalah ora bakal kalah, Ngalih ora mesti ngelih, yen ngamuk ojo ngremuk”. beliau menegaskan bahwa sangat suka dan bangga dengan budaya Jawa yang penuh filosofis. Selain itu beliau juga menekankan budi pekerti yang berpedoman pada budaya jawa harus selalu ditanamkan dalam generasi muda, agar mereka tidak kehilangan jati dirinya sebagai orang Jawa. Restorasi Sosial ini diakhiri dengan pentas seni oleh genk kobra.

Penulis             : Heru Cahyo R (Humas Bidang Dayasos)

72770cookie-checkSARASEHAN GERBANG PRAJA SEBAGAI RANGKAIAN ACARA NIKAH BARENG GERBANG BANYU LANGIT

Tentang penulis

Pekerja Sosial di BRSPA DIY merangkap admin website

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jawab dulu + 65 = 69