SEMUA BENTUK PELAYANAN DI DINAS SOSIAL DIY TIDAK DIPUNGUT BIAYA-MEMBANTU MASYARAKAT ADALAH KEPUASAN KAMI

KUNJUNGAN MAHASISWI MAHIDOL UNIVERSITY THAILAND KE BALAI PSTW

(Last Updated On: 25 June 2019)

“ Ih gemeeees…”
“ Iyaa. Wiii… imut banget.”
“ Lucu banget. Suka..suka..suka…”

Begitulah ekspresi dari sebagian 10 mahasiswi dari Mahidol University Thailand ketika berkunjung ke Balai PSTW. Tentu saja ekspresi itu tidak ditujukan kepada saya yang jauh dari kata imut sama sekali, tetapi gemes karena sudah mendapatkan merchandise berwujud boneka dari benang wol karya simbah-simbah di Balai PSTW. Bagi mahasiswi-mahasiswi jurusan ilmu keperawatan, karya simbah-simbah di Balai ini begitu luar biasa. Mereka terinspirasi. Karena simbah-simbah klien Balai PSTW, meskipun sudah lansia, tetapi mampu mengoptimalkan potensi diri dengan berkarya, membuat sesuatu yang mampu menjadi kenangan indah bagi mereka.

Itulah sebagaian situasi gembira dari kunjungan tersebut. Kesepuluh mahasiswi ini dengan diantar oleh Mas Alen dari Program Studi Ilmu Keperawatan UGM menjadi bagian dari tour minggu terakhir mereka selama lawatannya ke Indonesia, khususnya Yogyakarta, untuk belajar tentang ilmu keperawatan di sini. Balai ini menjadi jujugan rutin, lahan study yang menjadi rekomendasi dari UGM, khususnya tentang praktik pengelolaan lanjut usia oleh pemerintah.

Balai PSTW, sering mendapat kunjungan mahasiswa asing khususnya dalam lawatan kerjasama dengan universitas-universitas di Indonesia. Ini adalah kali kedua kunjungan mahasiswa dari Mahidol University of Thailand. Sebagaimana biasanya, Balai PSTW mempresentasikan profil lembaga dengan menggunakan bahasa pengantar, yaitu bahasa Inggris, sambil sesekali menyisipkan istilah-istilah lokal dalam bahasa Jawa seperti, “sugeng rawuh” , “matur nuwun“, dan panggilan seperti ” Mbah Kakung” atau “Mbah Putri“.

Setelah presentasi, saya bertanya, adakah perbedaan antara pengelolaan lansia di Indonesia dengan di Thailand. Maka jawaban mereka adalah: biasa saja. Ada yang sama dan ada yang beda. Tetapi kekayaan kultural budaya lokal, menurut mereka, menjadi kunci pemenuhan kebahagiaan untuk kebutuhan sosial mereka. Itu mereka tengarai dengan kesamaan yang ada pada pentas gamelan dan karawitan di BALAI PSTW yang sama dengan yang ada di Thailand.

Selepas presentasi, kesepuluh mahasiswi itu diajak berkeliling lingkungan Balai. Tour de Balai. Ngobrol “ngalor ngidul” dengan simbah-simbah, memperbincangkan objek-objek yang kadang penting kadang tidak penting. Contohnya Niken, kucingnya simbah yang ternyata mejeng cantik bersama simbah, begitu nurut dibelai-belai simbah, tetapi begitu saya datang langsung jenggirat njranthal klepat. Sebuah pemandangan yang bagi mereka lucu, sedang bagi saya terasa bahwa kucing itu telah bertindak diskriminatif.

Seiring dengan berdentangnya lonceng makan siang di perut saya, saat itu kami berpisah. (*)


Reporter: Feriawan Agung N (Pekerja Sosial Balai PSTW)


56280cookie-checkKUNJUNGAN MAHASISWI MAHIDOL UNIVERSITY THAILAND KE BALAI PSTW

Tentang penulis

Pekerja Sosial di BRSPA DIY merangkap admin website

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jawab dulu + 89 = 94