SEMUA BENTUK PELAYANAN DI DINAS SOSIAL DIY TIDAK DIPUNGUT BIAYA-MEMBANTU MASYARAKAT ADALAH KEPUASAN KAMI
(Last Updated On: 23 October 2019)

Yogyakarta (18/10/2019). Bantuan sosial, selalu menjadi tema menarik untuk diperbincangkan. Sering muncul pertanyaan seputar tema tersebut. Mengapa saya tidak dapat bantuan? Sampai-sampai, ada yang rela mengorbankan harga diri dan kehormatan untuk sebuah bantuan. Tidak lagi “Golek Trajuning Awak”. Di sisi yang lain, mereka yang berkemampuan atau berkecukupan, dapat berbagi dengan sesama, mengasah rasa empati kepada mereka yang kurang beruntung. Sithik Edhing, bisa menjadi sebuah gerakan untuk saling membantu sesama. Dari yang mampu, berkecukupan pada yang kurang beruntung.

Adalah Klungsu, anak dari Pakdhe dan Budhe Sojali. Dia adalah seorang pemuda tanpa pekerjaan, tidak sekolah dan sehari-hari, hanya luntang-lantung tanpa tujuan hidup yang jelas. Demikian pula dengan teman-teman Klungsu, mereka hanya mengisi hari-hari panjang dengan perbuatan yang dapat meresahkan masyarakat. Minum minuman keras, judi, bermain perempuan, memalak orang untuk meminta sesuatu, sudah menjadi kebiasaan mereka. Kekerasan dan kekerasan sering dilakukan untuk mendapatkan yang mereka inginkan. Yang ada dalam hati dan pikiran mereka, adalah hanya senang dan senang, tanpa mau berupaya atau sedikitpun bersusah payah untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.

Sementara itu Pakdhe dan Budhe Sojali, adalah sepasang suami istri yang sudah renta, tanpa penghasilan yang jelas/pasti. Saat ini mereka, hanya bisa mengharapkan belas kasihan dari tetangga sekitarnya. Lebih tragisnya lagi, Pakdhe Sojali, sudah 3 bulan ini sakit-sakitan, tanpa perawatan yang memadai. Dia tertidur lemas, di balai bambu satu-satunya harta, yang mereka miliki. Jangankan dirawat di rumah sakit, BPJS saja dia tidak pernah tahu.

Pagi itu, rumah reyot tempat tinggal kedua lanjut usia tersebut didatangi seseorang. Lurah wayang cakruk, P Becik. “Kula nuwun,…..” ucap Pak Becik, sambil mengetuk pintu. Komunikasi dan perbincangan, mengalir diantara ketiganya. Sebuah perbincangan yang menarik. Perbincangan berakhir pada sebuah informasi dari Pak Becik, bahwa beliau sudah menugaskan Pak Tegas, TKSK Wayang Cakruk, untuk menyampaikan sejumlah dana yang sebagian untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan modal usaha, bagi kedua lanjut usia tersebut. Uang tersebut, adalah iuran semua warga Desa Wayang Cakruk. Betapa kaget Pak Becik, ketika Pakdhe dan Budhe Sojali menyampaikan, bahwa mereka belum menerima uangnya.

Belum hilang kagetnya, masuklah Pak Tegas, TKSK Wayang Cakruk. Dengan terbata-bata, disampaikan bahwa amanat berupa uang, untuk Pakdhe dan Budhe Sojali, telah diminta paksa oleh seseorang yang bernama Klungsu. “Oalah, Klungsu….Klungsu”, kata Budhe Sojali agak menjerit, dan berakhir dengan lemas lunglai serta tidak sadarkan diri.

Di sebuah tempat, Klungsu dan kawan-kawannya, sedang tertawa terbahak. Seperti sedang bahagia. Berpesta pora minuman keras dan rokok. Mereka membeli minuman keras, rokok dan kerluan pesta dengan menggunakan uang bantuan untuk Pakdhe dan Budhe Sojali. Tanpa sedikitpun merasa bersalah.

Ini adalah sepotong cerita, dalam adegan Wayang Cakruk. Sebuah inovasi Penyuluhan Sosial melalui Media Peragaan. Sebuah cerita yang dibeber dengan runtut, menarik diselingi guyonan segar oleh Ki Dalang Waluyo.

Menjelaskan permasalahan yang dibeber di Wayang Cakruk. Budhi Wibowo, Kepala Seksi Penyuluhan Sosial Dinas Sosial DIY, dan Ustad M Yusuf, menyampaikan materi penyuluhan sosial. Satu persatu, permasalahan dalam adegan wayang cakruk dikupas satu persatu. Termasuk disampaikan, tentang berbagai peraturan perundangan, tentang penanganan permasalahan sosial.

Pagelaran Wayang Cakruk, dengan cerita “Golek trajuning awak” malam itu Sabtu, 18 Oktober 2019, bertempat di Dusun Kersan, Desa Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, ingin menyampaikan pesan moral, bahwa seseorang akan memiliki harga diri, dan terjaga kehormatan dirinya dengan bekerja, berusaha sekuat tenaga, tidak hanya mengandalkan belas kasihan serta bantuan dari orang lain. Mandiri, berdaya, menjadi hal penting untuk ditumbuhkembangkan pada setiap masyarakat. Sedangkan kepada anggota masyarakat yang telah berkecukupan, diharapkan untuk mengembangkan prinsip “Sithik Edhing”. Sebuah wujud laku olah rasa, untuk berbagi, berempati, turut merasakan penderitaan sesama.

Bisa Sithik Edhing? Kamu hebat. (wb).

Ditulis oleh : Budhi Wibowo, Kasi Penyuluhan Dinas Sosial DIY.

65880cookie-checkGOLEK TRAJUNING AWAK

Tentang penulis

Pekerja Sosial di BRSPA DIY merangkap admin website

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jawab dulu 32 − 30 =