RESPON LANJUTAN PELAYANAN PENANGANAN KORBAN GEMPA DI SULEWASI TENGAH OLEH TAGANA DIY
Pasca gempa bumi yang terjadi di Sulawesi Tengah khususnya kota Palu dan Donggala dengan kekuatan 7.7 SR mengakibatkan Tsunami di pesisir barat Provinsi Sulawesi Tengah meninggalkan permasalahan- permasalahan khususnya penyintas disabilitas lama maupun disabilitas baru akibat bencana tersebut. Maka diperlukan tindakan lanjutan berupa pendampingan hingga pemenuhan pelayanan kebutuhan penyintas. Taruna Siaga Bencana Daerah Istimewa Yogyakarta TAGANA telah ikut terjun langsung dalam penyelenggaraan penanganan korban bencana tersebut beberapa hari setelah gempa hingga saat ini bersama DIFAGANA DIY melakukan pelayanan terhadap penyintas berkebutuhan khusus. Pelayanan yang diberikan dari mulai Dapur Umum, Shelter hingga pendampingan kaum rentan khususnya disabilitas akibat gempa bumi maupun bukan akibat gempa bumi. Hingga berita ini diturunkan telah dikirimkan TIM BKO TAGANA ke-3 yang melakukan kegiatan pelayanan untuk penyintas khususnya disabilitas. Kegiatan pelayanan yang diberikan berupa pendampingan motivasi dan dukungan alat. Tantangan yang dihadapi Tim kurang memahami beberapa bahasa daerah di lokasi sehingga menyulitkan tim untuk berkomunikasi, Jalan menuju lokasi banyak yang rusak menyebabkan kesulitan menuju lokasi ditambah Cuaca yang mudah berubah sangat mewarnai tantangan dilapangan pada saat bertugas kunjungan ke warga masyarakat pada saat pelayanan. Kurangnya informasi serta pengetahuan masyarakat serta pemerintahan tentang jenis disabilitas menyulitkan dalam mendapatkan informasi tentang penyandang disabilitas dan kelompok rentan pada saat pendataan.
Tim BKO TAGANA dan DIFAGANA D.I Yogyakarta bersama Humanity and Inclusion (HI), melakukan kolaborasi dengan TAGANA Provinsi Sulawesi Tengah untuk melaksanakan pengambilan data serta pengkajian penyintas khususnya penyandang disabilitas. Penyitas yang mengalami cidera akibat bencana serta kelompok rentan di 10 ( sepuluh ) titik Desa yang telah di tentukan Oleh Human and inclusion. Di desa- desa tersebut tim mengunjungi lokasi pengungsian, hunian sementara (HUNTARA), dan rumah-rumah penyintas yang terdampak bencana. Adapun bagi penyitas yang mengalami cidera atau mengalami gangguan fungsinoal gerak tubuh maka akan diberikan pelayanan yang akan tanggani oleh Ikatan Fisioterapi Indonesia (IFI) Sulawesi Tengah. Selain melakukan pendataan dan pengkajian kepada penyandang disabilitas, tim juga ditugaskan untuk memberikan dukungan psikososial sebaya (Peer to peer support) Maupun main streaming disabilitas.
Kegiatan peer to peer suport ini diberikan dengan tujuan menguatkan penyintas dalam menghadapi situasi sulit dan meningkatkan ketahanan psikososial. Berdasarkan kajian data oleh tim TAGANA dan DIFAGANA banyak masyarakat masih menyebut disabilitas dengan istilah cacat dan tidak mengerti cara berinteraksi dengan mereka sehingga hal ini perlu diberi pemahaman tentang ragam disabilitas berdasarkan termilogi yang benar dan cara berinteraksi dengan disabilitas serta stigma yang mendiskriminasikan penyandang disabilitas di dalam masyarakat. Selain itu juga meenyampaian tentang aksesibilitas universal yang ramah untuk semua orang, karena masih banyak rumah di Sulawesi Tengah berkontruksi rumah panggung sehingga disabilitas dan orang yang mengalami gangguan tulang dan sendi bagian kaki sangat kesulitan dalam mobilitas. Tim juga mendorong keterlibatan disabilitas dalam berpartisipasi dalam masyarakat dan menyadarkan masyarakat untuk menerima dan melibatkan saudara-saudara kita yang disabilitas dalam kegiatan masyarakat tersebut. TAGANA dan DIFAGANA membantu Tim Fisioterapi Indonesia ( IFI ) membantu menyalurkan alat bantu bagi penyintas yang mengalami hambatan mobilitas. Diharapkan penyintas dapat beraktifitas secara mandiri. Untuk penyintas yang mengalami banyak hambatan akan dirujuk ke Rumah sakit untuk terapi lanjutan. (epic.15.07.0699)